-Tulisan singkat ini dibuat beberapa bulan lalu saat bencana kabut asap melanda beberapa bagian Indonesia. Saat rumahku juga terkepung oleh asap. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyindir siapapun dan pihak manapun, hanya bertujuan sebagai curahan hati.-

Sebut saja aku gila. Mungkin memang aku gila karena merindukan langit biru. Langit cerah dengan barisan awan putih bergerak beriringan. Matahari tanpa sungkan menyinari dengan hangatnya yang selalu dinanti.

Mungkin kau memang meragukan kewarasanku. Ragu akan tingkah lakuku yang kau anggap tak wajar. Kau lihat aku termenung di setiap soreku menanti datangnya hujan. Oh betapa aku rindu bau tanah basah. Aku rindu langit kelam dengan rentetan kilat dan guntur datang sesudahnya. Bukan kelamnya langit karena kepungan asap yang membutakan.

Tidakkah kau juga merindukan langit biru? Saat kita bisa beraktivitas dengan tenang tanpa dihantui ketakutan seperti saat ini. Tidakkah kau cemas dengan keadaan kita saat ini? Tidakkah kau peduli dengan alammu? Tidakkah kau lihat berapa banyak korban bencana ini? Tidakkah kau menyadari bagaimana berbahayanya keadaan kita saat ini?

Keadaan yang seperti berulang setiap tahunnya. Seakan menjadi bagian dari siklus kehidupan kita. Atau lebih kasar lagi aku tuliskan: bagaikan lingkaran setan yang menjerat.

Mungkin memang aku gila. Mungkin memang ada syaraf yang putus dari otakku. Tapi pernahkah kau berfikir bahwa mungkin ini juga salah kita? Pernahkah kau berfikir bahwa bumi sedang marah? Pernahkah kau berfikir bahwa inilah cara bumi memberi tahu kita bahwa ia terluka?

Aku memang bodoh, tepat seperti ejekanmu selama ini. Tapi aku tidak sebodoh itu hingga tak menyadari kepungan asap ini sudah terlalu lama dibiarkan. Aku tak sepintar dirimu yang dengan pongahnya menyalahkan pemerintah atas bencana ini. Aku tak sepintar dirimu yang dengan santainya berdemo dengan dalih kemanusiaan.

Mungkin itu memang jalanmu untuk membantu sesama. Tapi pernahkah kau terpikir dengan rakyat yang menjerit kelaparan saat kau membuang makanan mahalmu tanpa belas kasihan? Pernahkah kau terpikir dengan mereka yang bekerja tanpa kenal lelah saat kau dengan santainya menghabiskan uangmu?

Bencana ini salah manusia-manusia serakah. Pongah. Mungkin kita juga termasuk dalam jenis manusia yang seperti itu.

Betapa aku merindukan langit biru. Merindu warna cerah yang saat ini tidaklah murah.

Aku tau, aku hanyalah gadis gila di matamu. Tapi tidakkah kamu juga merindu langit biru?

DMCA.com Protection Status

Pin It on Pinterest