
Akan Tiba Saatnya Nanti
Bila nanti saatnya tiba, tak akan ada hal-hal yang perlu untuk disesali. Hingga tiba masanya untuk kita kembali kepada jalannya masing-masing. (more…)
Bila nanti saatnya tiba, tak akan ada hal-hal yang perlu untuk disesali. Hingga tiba masanya untuk kita kembali kepada jalannya masing-masing. (more…)
Telah tiba masanya aku paham bahwa sesungguhnya satu hal yang paling susah di dunia ini adalah melupakan.
Melupakan kesalahan-kesalahan di masa lalu, melupakan memori-memori yang selama ini bertahta di kepala. Berhenti untuk mengingat kenangan, lalu mencoba untuk merajut langkah ke depan.
Akan jadi apa bila kesempatan kedua itu bahkan tidaklah ada?
Luluh lantak, mungkin saja. Terjerat dalam keheningan laksana jerat nan mengikat.
Meski pada akhirnya kutahu, aku akan baik-baik saja.
Sebab di suatu hari nanti, aku akan baik-baik saja. Dan semoga, sudah bisa terlupa akan semua.
-Sebuah kisah fiksi-
Kali pertama aku menginjakkan kaki ke Pulau Tikus Bengkulu, aku ingat betul hari itu tanggal 17 Agustus 2017, tepat di hari perayaan kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Meski aku sudah mendengar Pulau Tikus sejak beberapa tahun sebelumnya, tapi apalah daya bahwa izin berangkat ke sana baru keluar saat itu, bersama teman-teman bloger pula. (more…)
Seharusnya, hari ini ia berusia kurang dari 50 tahun saja. Seharusnya, kini ia masih ada di sisi, mengiringi jejak langkah kami, anak-anaknya. Yang membantu meluruskan saat jalan panjang itu mulai berkelok-kelok tanpa sengaja. (more…)
Hingga hari ini aku merasa ia masih di sana. Di tempat duduknya yang biasa. Bersandar di kursi berhadapan dengan meja merah panjang tempatnya meletakkan segala macam barang. Kedua sudut bibirnya terangkat simetris menghadap ke arahku, berlatar semburat langit sore berwarna oranye cemerlang. Tersenyum simpul, khasnya yang lelah setelah bekerja sejak pagi menjelang. selamat hari ayah (more…)
Kehilangan itu menyakitkan. Kehilangan itu meluluhlantakkan, memerosok dalam kubangan hitam pekat tiada batas. Menjeratmu dalam dimensi waktu tanpa ujung. Menyerap semua rasa, menyisakan rasa bersalah berkepanjangan. (more…)